Berita Kampus, Informasi Mahasiswa
Ada persamaan antara Harvard University, kampus swasta dengan
predikat terbaik di dunia, dengan Universitas Indonesia, kampus negeri
peringkat atas (top tier) di
Indonesia. Persamaan tersebut adalah penggunaan kata "veritas"
sebagai jargon atau tagline. Veritas
berasal dari bahasa Latin yang bermakna the
truth dalam bahasa Inggris. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
berarti kebenaran.
Universitas dengan kebenaran adalah dua materi yang bersenyawa
dan tidak dapat dipisahkan. Perguruan tinggi merupakan institusi pendidikan
yang menyelidiki suatu permasalahan untuk mendapatkan kebenaran. Kebenaran
adalah hal yang senantiasa dicari, diperjuangkan, dibela, dicintai, dan
diajarkan di setiap sudut ruang perguruan tinggi. Hendaknya hanya kebenaran
yang keluar dari setiap insan yang berkhotbah melalui mimbar-mimbar akademik.
Kebenaran adalah panglima yang menuntun sivitas perguruan tinggi untuk
berpikir, bersikap, dan bertindak.
Perguruan tinggi yang tercerai berai dari kebenaran akan
kehilangan esensi utamanya. Eksistensi perguruan tinggi akan dipertanyakan jika
kebenaran tidak lagi produktif dihasilkan. Otonomi dan independensi perguruan
tinggi berdasar kepada ada tidaknya kebebasan dan kemerdekaan untuk senantiasa
mencari, mencintai, dan mendiseminasikan kebenaran. Saat kebenaran
ditawar-tawar, maka itu menjadi alarm tanda bahaya bagi peranan perguruan
tinggi.
Kebenaran atau the truth
berarti segala hal yang sesuai dengan fakta, bukan sesuatu yang dibayangkan dan
ditemukan. Kebenaran bertitik tolak dari fakta yang apa adanya, tanpa polesan
dan rekayasa. Berpihak kepada kebenaran artinya hanya condong kepada fakta,
berpayah-payah untuk mendapatkannya, serta memberi garansi untuk tidak
memperjualbelikannya.
Fakta adalah sesuatu yang sakral dalam kaitan dengan kebenaran.
Karakter seseorang terhadap kebenaran diuji saat harus berhadapan antara
kebenaran dan kekuasaan. Apakah mengorbankan kebenaran demi kekuasaan atau
sebaliknya, memperjuangkan kebenaran di hadapan kekuasaan apa pun hasil
akhirnya. Menyampaikan kebenaran berarti menungkapkan fakta sebagaimana adanya
tanpa intensi untuk berada pada bandul yang saling berhadapan: menang atau
kalah.
Kalimat terakhir di paragraf atas penting untuk senantiasa
diingat. Mengetahui kebenaran dan menyuarakannya tidaklah bertujuan untuk
memperoleh kemenangan. Kebenaran tidaklah selayaknya dijadikan amunisi dalam
berdebat, beropini, dan berdialektika, yang tujuannya adalah kemenangan
(egoistik) semata. Kebenaran hendaknya ditempatkan sebagai cahaya penerang saat
kebingungan, garis yang meluruskan saat bengkok, dan rujukan kembali saat
sedang alpa dan keliru.
Karakter insan akademik di perguruan tinggi dengan menghormati
dan memperjuangkan kebenaran berdasarkan fakta hendaknya selalu ditanamkan dan
diendapkan dalam hati dan pikiran setiap orang. Karena sesungguhnya beepegang
teguh selalu kepada kebenaran (the truth)
akan memberikan kemerdekaan (set the free)
bagi setiap orang untuk berbicara, bersikap, dan berbuat sesuai dengan
kebenaran yang diyakini. Kebenaran memberikan bobot bagi kemerdekaan setiap
orang menyuarakan isi hati dan pikirannya.
Perguruan tinggi sesungguhnya adalah institusi bagi peoduksi
kebenaran, pada satu sisi, dan kemudian secara merdeka memperjuangkan kebenaran
itu sebagai ukuran dalam pengambilan kebijakan bagi kemajuan dan perbaikan
umum, pada sisi lain. Kebenaran dan kemerdekaan adalah nutrisi yang harus
senantiasa diperhatikan oleh perguruan tinggi bagi tumbuh-kembangnya budaya
akademis yang bermutu bagi seluruh
sivitas.