Berita Kampus, Informasi Mahasiswa
Kamus bahasa Indonesia mengartikan yudisium sebagai
"Penentuan nilai (lulus) ujian sarjana lengkap (di perguruan
tinggi)". Merujuk definisi itu, maka yudisium adalah upacara pengesahan
sebagai lulusan disertai penyampaian perolehan nilai akhir dalam proses
pendidikan di perguruan tinggi. Yudisium merupakan tahap akhir atau pungkasan
kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi.
Tentu, kelulusan adalah impian setiap mahasiswa yang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mendapat predikat lulus, apalagi
dengan nilai yang baik, pasti menjadi keinginan. Tetapi, apakah Yudisium hanya
sekadar perisitiwa kelulusan semata? Tentu saja tidak. Yudisium menjadi medium
bagi perguruan
tinggi untuk menegaskan kembali apa tujuan pendidikan di
perguruan tinggi.
Setiap mahasiswa yang dapat mengikuti yudisium, pasti
telah menyelesaikan tahapan tugas akhir. Sebagian menyebutnya dengan skripsi.
Skripsi, ringkasnya, merupakan laporan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh setiap mahasiswa. Penelitian dapat dimaknai sebagai upaya
menyelidik ilmu untuk mendapat jawaban dari sebuah masalah berdasarkan fakta
atau data menggunakan logika serta metode ilmiah.
Tidak bermaksud menyederhanakan, penelitian sebagai bagian
tugas akhir mahasiswa itu menegaskan bahwa inti belajar di perguruan tinggi
adalah pengembangan ilmu dengan cara melakukan penyelidikan atau penelitian.
Untuk apa penelitian dan penyelidikan itu dilakukan? Tentu
saja untuk pengembangan ilmu. Pada titik inilah, tujuan perguruan tinggi
berbeda dengan pendidikan di tingkat dasar dan menengah yang penekanannya untuk
penyampaian pengetahuan sebagai buah ilmu.
Penjelasan di atas meneguhkan tujuan pendidikan tinggi
melatih mahasiswa menyelidik dalam rangka pengembangan ilmu. Penyelidikan ilmu
pertama mengharuskan kejujuran dalam mengumpulkan data, kemudian menganalisis
persoalan beedasarkan pendekatan kausalitas, bahwa setiap kenyataan atau
kejadian faktual memiliki dasar sebab tertentu yang berakibat tertentu pula.
Sederhananya: Setiap masalah memiliki penyebab berbeda dengan jawaban atau
solusi berbeda.
Poin di atas penting, bahwa perguruan tinggi tidak hanya
melatih mahasiswa menyelidiki ilmu, tetapi bagaimana ilmu yang diselidiki itu
dapat memiliki kegunaan dalam penyelesaian permasalahan. Pada titik ini,
mentalitas lulusan perguruan tinggi diuji: Sanggupkan hadir sebagai pribadi
berilmu yang menawarkan pelbagai solusi dalam permasalahan yang dihadapi sesuai
kemampuan ilmunya?
Pertanyaan itu sekaligus menguji eksistensi dan esensi
peeguruan tinggi sebagai pencetak sarjana: Benarkan sarjana yang diluluskan
perguruan tinggi telah dibekali dengan kemampuan sehingga "siap
sedia" untuk diterjunkan kembali ke tengah-tengah kompleksitas kehidupan
masyarakat? Jawaban atas pertanyaan ini, penting untuk dibuktikan
bersama.
Perguruan tinggi, penyelidikan ilmu, sarjana, dan
kontribusi bagi masyarakat. Poin-poin ini sesungguhnya adalah sebagian nilai
yang hendaknya dipegang dan diyakini oleh setiap insan cendekia di perguruan
tinggi, khususnya bagi calon lulusan perguruan tinggi yang akan menamatkan
pendidikannya melalui pengukuhan bernama yudisium.
Menjadi sarjana, tidak sekadar menjadi bagian dari pribadi
"elit", merujuk bahwa tidak lebih dari 7% penduduk Indonesia
mengenyam pendidikan tinggi (diploma sampai doktor). Lebih dari sekadar status
sosial, menjadi lulusan perguruan tinggi adalah akselerator kemajuan vertikal
bagi perbaikan status sosial ekonomi individu, sekaligus mobilisator horizontal
dalam
pengembangan masyarakat. Sebuah status "elit"
yang tidak mudah.
Beberapa baris puisi Taufik Ismail berjudul Almamater dikutip untuk mengakhiri
tulisan ini:
Di manakah kau
sekarang berdiri? Di abad ini.
Dan
bersyukurlah karena lewat gerbangmu tua
Kau telah
dilantik jadi warga Republik Berpikir Bebas
Setelah
bertahun diuji kesetiaan dan keberanianmu
Dalam berpikir
dan menyatakan kebebasan suara hati
Berpijak di
tanah air nusantara
Dan menggarap
tahun-tahun kemerdekaan Dengan penuh kecintaan
Dan kami
bersyukur pada Tuhan
Yang telah
melebarkan gerbang tua ini
Dan kami
bersyukur pada ibu bapa
Yang sepanjang
malam
Selalu berdoa
tulus dan terbungkuk membiayai kami
Dorongan
kekasih sepenuh hati
Dan kami
berhutang pada manusia
Yang telah
menjadi guru-guru kami