Berita Kampus, Artikel

Wisuda, Toga, dan Budidaya Obat

30 Agustus 2024 20:22
Share
  • action.share.whatsApp
  • action.share.copy

Merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toga diartikan sebagai "baju panjang (jubah) hitam, lengannya lebar sebagai pakaian jabatan bagi guru besar, hakim, sarjana, dan sebagainya yang dipakainya pada saat tertentu." Toga berarti pakaian yang dipakai pada momen tertentu, wisuda salah satunya.

Toga berasal dari kata "tego" dalam bahasa latin yang artinya penutup. Penggunaan toga dimulai sejak abad ke-12 di Itali. Pakaian toga yang bermakna penutup, melambangkan pungkasan dari proses pendidikan yang telah ditempuh. Seseorang yang telah selesai studi, mengenakan pakaian toga sebagai sebuah kehormatan dan apresiasi atas raihan yang telah diperoleh. Seseorang yang mengenakan toga, dinilai sebagai individu yang layak memperoleh status sosial tertentu berkat raihan ilmunya.

Dahulu, pakaian toga dikenakan saat acara wisuda kelulusan untuk jenjang perguruan tinggi. Namun kini pakaian toga dikenakan saat upacara kelulusan di semua jenjang pendidikan. Memang ada dua pemaknaan tentang toga. Ada yang memaknai toga hanya sebatas topi. Ada juga yang secara mayoritas memaknai toga sebagai kesatuan dari tiga aspek: pakaian kain hitam panjang, topi, dan tali kuncir.

Umumnya pakaian toga seragam berwarna hitam. Hal ini, pada satu sisi, melambangkan kesetaraan, persamaan, dan tidak ada diskriminasi. Pada sisi lain, warna hitam identik dengan kegelapan. Pakaian hitam yang dikenakan saat wisuda, secara simbolis bahwa ilmu pengetahuan yang telah diraih adalah instrumen untuk menghapus kegelapan. Perjalanan manusia melepaskan diri dari kegelapan hanya mungkin jika menguasai ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan, orang akan berada dalam kungkungan tempurung bernama kegelapan. Ilmu pengetahuan laksana air jernih dan bersih sehingga mampu membasuh kebodohan.

Topi yang dipakai saat wisuda umumnya berbentuk segilima atau segienam. Banyak sisi dalam bentuk geometri topi wisuda memberikan pesan bahwa seharusnya jangan melihat setiap persoalan dengan kacamata kuda. Setiap persoalan hendaknya didekati, dipelajari, dan dimaknai dengan mempertimbangkan banyak aspek. Ada banyak pendekatan disiplin ilmu yang bisa digunakan dalam memecahkan masalah. Lihatlah persoalan dari banyak sisi dan aspek sehingga memperolah pemahaman yang utuh dan menyeluruh (whole).

Filosofi belajar itu layaknya pohon yang makin ke atas ukurannya makin kecil dan mengerucut. Begitu pun dalam belajar, makin tinggi, berarti ilmu ilmunya makin mengerucut dan spesifik. Belajar di perguruan tinggi, ilmu yang dipelajari itu spesifik dan khusus. Oleh sebab itu, dalam melihat persoalan memerlukan kolaborasi, diskusi, dan dialog dengan pihak lain yang berbeda sudut pandang keilmuan, sehingga diperoleh kesimpulan dan solusi yang komprehensif dan paripurna.

Aspek pokok ketiga dari pakaian toga adalah tali kuncir di topi. Saat proses wisuda, tali kuncir ini dipindahkan sari sisi kiri ke sisi kanan. Makna simbolis dari proses ini adalah adanya perubahan pola pikir (shifting paradigm). Tali kuncir di sebelah kiri menunjukkan bahwa selama proses pendidikan, setiap orang menggunakan otak kirinya untuk belajar, analisis, dan berpikir logis untuk mendapatkan banyak ilmu. Saat melaksanakan studi merupakan waktu untuk mengisi akal pikiran dengan berbagai macam ilmu.

Saat wisuda, tali kuncir dipindahkan ke kanan, bermakna setelah wisuda, waktunya untuk mengamalkan dan menerapkan ilmu yang telah diraih selama pendidikan dengan menggunakan otak kanan. Jika otak kiri dominan analisis dan logis dalam beepikir, maka otak kanan lebih menonjolkan aspek emosional dan  empati. Hal ini penting, karena dalam menerapkan dan mengapliasikan ilmu, penting untuk memahami situasi, lingkungan, dan kondisi manusia yang sedang dihadapi. Ilmu yang benar haruslah disampaikan dengan cara yang benar dan tepat, agar diterima dan diinsafi oleh orang lain. Hal itu membutuhkan pemahaman emosi dan empati yang baik.

Ternyata, menurut KBBI, toga juga memiliki makna lain, yaitu "tanaman obat keluarga" dan "sebidang tanah di halaman rumah, untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat". Toga bermakna "budidaya" dan "obat". Dua kata ini, kalau boleh dimaknai secara lepas, adalah simbol bahwa mengenakan pakaian toga berarti memiliki kemampuan untuk membudidayakan akal dan pikiran untuk menghasilkan obat, solusi, dan pikiran cemerlang yang berguna dalam menyembuhkan luka, penyakit, dan pelbagai permasalahan.

Manusia adalah makhluk berbudi dan berdaya. Keduanya merupakan peranti khusus yang hanya dimiliki manusia. Dengan dua peranti tersebut manusia, dapat mengupayakan kelestarian hidupnya sekaligus mengembangkan berbagai macam jenis ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini terus-menerus diproduksi dengan akal, budi, dan daya manusia tanpa putus dan berhenti.

Pada mulanya, kehadiran ilmu pengetahuan itu layaknya obat yang pahit dan tidak disukai. Awal mulanya, manusia kebanyakan bertahan dengan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dan enggan untuk menerima ilmu pengetahuan baru yang lebih baik dan benar. Mengapa itu terjadi? Sesungguhnya kebanyakan manusia membutuhakn bukti. Bukti bahwa ilmu pengetahuan baru yang lebih baik dan benar itu terbukti menyembuhkan, membawa kebahagiaan, dan mengeluarkan manusia dari kesulitan. Artinya? Ilmu pengetahuan itu bukan sekadar yang banyak dikuasai di dalam kepala, tetapi yang banyak diterapkan dalam lapangan kehidupan. (Asf)

Berita Kampus

Tampilkan Berita Kampus

Artikel

Tampilkan Artikel