Campus News, Information for Student
Merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toga diartikan sebagai "baju panjang (jubah) hitam, lengannya lebar sebagai pakaian jabatan bagi guru besar, hakim, sarjana, dan sebagainya yang dipakainya pada saat tertentu." Toga berarti pakaian yang dipakai pada momen tertentu, wisuda salah satunya.
Toga
berasal dari kata "tego" dalam bahasa latin yang
artinya penutup. Penggunaan toga dimulai sejak abad ke-12 di Itali.
Pakaian toga yang bermakna penutup, melambangkan pungkasan dari proses
pendidikan yang telah ditempuh. Seseorang yang telah selesai studi, mengenakan
pakaian toga sebagai sebuah kehormatan dan apresiasi atas raihan yang telah
diperoleh. Seseorang yang mengenakan toga, dinilai sebagai individu yang layak
memperoleh status sosial tertentu berkat raihan ilmunya.
Dahulu,
pakaian toga dikenakan saat acara wisuda kelulusan untuk jenjang perguruan
tinggi. Namun kini pakaian toga dikenakan saat upacara kelulusan di semua
jenjang pendidikan. Memang ada dua pemaknaan tentang toga. Ada yang memaknai
toga hanya sebatas topi. Ada juga yang secara mayoritas memaknai toga sebagai
kesatuan dari tiga aspek: pakaian kain hitam panjang, topi, dan tali kuncir.
Umumnya
pakaian toga seragam berwarna hitam. Hal ini, pada satu sisi, melambangkan
kesetaraan, persamaan, dan tidak ada diskriminasi. Pada sisi lain, warna hitam
identik dengan kegelapan. Pakaian hitam yang dikenakan saat wisuda, secara
simbolis bahwa ilmu pengetahuan yang telah diraih adalah instrumen untuk
menghapus kegelapan. Perjalanan manusia melepaskan diri dari kegelapan hanya
mungkin jika menguasai ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan, orang akan
berada dalam kungkungan tempurung bernama kegelapan. Ilmu pengetahuan laksana
air jernih dan bersih sehingga mampu membasuh kebodohan.
Topi
yang dipakai saat wisuda umumnya berbentuk segilima atau segienam. Banyak sisi
dalam bentuk geometri topi wisuda memberikan pesan bahwa seharusnya jangan
melihat setiap persoalan dengan kacamata kuda. Setiap persoalan hendaknya
didekati, dipelajari, dan dimaknai dengan mempertimbangkan banyak aspek. Ada
banyak pendekatan disiplin ilmu yang bisa digunakan dalam memecahkan masalah.
Lihatlah persoalan dari banyak sisi dan aspek sehingga memperolah pemahaman
yang utuh dan menyeluruh (whole).
Filosofi
belajar itu layaknya pohon yang makin ke atas ukurannya makin kecil dan
mengerucut. Begitu pun dalam belajar, makin tinggi, berarti ilmu ilmunya makin
mengerucut dan spesifik. Belajar di perguruan tinggi, ilmu yang dipelajari itu
spesifik dan khusus. Oleh sebab itu, dalam melihat persoalan memerlukan
kolaborasi, diskusi, dan dialog dengan pihak lain yang berbeda sudut pandang
keilmuan, sehingga diperoleh kesimpulan dan solusi yang komprehensif dan
paripurna.
Aspek
pokok ketiga dari pakaian toga adalah tali kuncir di topi. Saat proses wisuda,
tali kuncir ini dipindahkan sari sisi kiri ke sisi kanan. Makna simbolis dari
proses ini adalah adanya perubahan pola pikir (shifting paradigm). Tali kuncir di sebelah kiri menunjukkan bahwa
selama proses pendidikan, setiap orang menggunakan otak kirinya untuk belajar,
analisis, dan berpikir logis untuk mendapatkan banyak ilmu. Saat melaksanakan
studi merupakan waktu untuk mengisi akal pikiran dengan berbagai macam ilmu.
Saat
wisuda, tali kuncir dipindahkan ke kanan, bermakna setelah wisuda, waktunya
untuk mengamalkan dan menerapkan ilmu yang telah diraih selama pendidikan
dengan menggunakan otak kanan. Jika otak kiri dominan analisis dan logis dalam
beepikir, maka otak kanan lebih menonjolkan aspek emosional dan empati. Hal ini penting, karena dalam
menerapkan dan mengapliasikan ilmu, penting untuk memahami situasi, lingkungan,
dan kondisi manusia yang sedang dihadapi. Ilmu yang benar haruslah disampaikan
dengan cara yang benar dan tepat, agar diterima dan diinsafi oleh orang lain.
Hal itu membutuhkan pemahaman emosi dan empati yang baik.
Ternyata,
menurut KBBI, toga juga memiliki makna lain, yaitu "tanaman obat
keluarga" dan "sebidang tanah di halaman rumah, untuk membudidayakan
tanaman yang berkhasiat sebagai obat". Toga bermakna "budidaya"
dan "obat". Dua kata ini, kalau boleh dimaknai secara lepas, adalah
simbol bahwa mengenakan pakaian toga berarti memiliki kemampuan untuk
membudidayakan akal dan pikiran untuk menghasilkan obat, solusi, dan pikiran cemerlang
yang berguna dalam menyembuhkan luka, penyakit, dan pelbagai permasalahan.
Manusia
adalah makhluk berbudi dan berdaya. Keduanya merupakan peranti khusus yang
hanya dimiliki manusia. Dengan dua peranti tersebut manusia, dapat mengupayakan
kelestarian hidupnya sekaligus mengembangkan berbagai macam jenis ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini terus-menerus diproduksi dengan akal, budi,
dan daya manusia tanpa putus dan berhenti.
Pada mulanya, kehadiran ilmu pengetahuan itu layaknya obat yang pahit dan tidak disukai. Awal mulanya, manusia kebanyakan bertahan dengan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dan enggan untuk menerima ilmu pengetahuan baru yang lebih baik dan benar. Mengapa itu terjadi? Sesungguhnya kebanyakan manusia membutuhakn bukti. Bukti bahwa ilmu pengetahuan baru yang lebih baik dan benar itu terbukti menyembuhkan, membawa kebahagiaan, dan mengeluarkan manusia dari kesulitan. Artinya? Ilmu pengetahuan itu bukan sekadar yang banyak dikuasai di dalam kepala, tetapi yang banyak diterapkan dalam lapangan kehidupan. (Asf)