Article

Keadilan dan Rahmat Allah Taala : Penundaan Hukuman Terhadap Hamba-Nya yang berbuat salah

17 January 2024 06:40
Share
  • action.share.whatsApp
  • action.share.copy

Bahasan QS Fatir ayat 48 ini adalah tentang beberapa konsep kunci dalam ajaran Islam, seperti hukuman dan rahmat Allah, takdir, serta tujuan penciptaan manusia.

Keadilan dan Rahmat Allah Taala : Penundaan Hukuman Terhadap Hamba-Nya yang berbuat salah

oleh : M. Arif Susanto

 

وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِمَا كَسَبُواْ مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهۡرِهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِۦ بَصِيرَۢا

 

"Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)nya, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya." (QS. Fatir Ayat 45)

 

Ayat diatas adalah Surah Fatir ayat 45. Ayat diatas membahas tentang hukuman Allah terhadap manusia sehubungan dengan perbuatan mereka. Mari kita kaji secara mendalam.


Ayat diatas mencerminkan prinsip dasar dalam ajaran Islam tentang keadilan dan hikmah di balik tindakan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Penafsiran ayat ini melibatkan pemahaman tentang beberapa konsep kunci dalam ajaran Islam, seperti hukuman dan rahmat Allah, takdir, serta tujuan penciptaan manusia.


manusia.

 

1. Hukuman Allah Sebagai Konsekuensi Perbuatan Manusia

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah adalah Mahaadil, yang memberikan hukuman atau balasan terhadap perbuatan manusia. Namun, Allah dengan kebijaksanaan-Nya tidak memberikan hukuman secara langsung setiap kali seseorang berbuat dosa. Ini mencerminkan rahmat-Nya yang luas, karena jika setiap pelanggaran langsung dihukum, tidak ada yang akan tersisa di bumi.

 

2.      Keadilan dan Kehendak Allah

Allah menunda hukuman-Nya sampai waktu yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah bertindak berdasarkan keadilan-Nya yang maha tinggi dan memiliki rencana yang matang. Keputusan-Nya tidak hanya bersifat impulsif, tetapi mencerminkan kebijaksanaan-Nya yang melampaui pemahaman manusia.

 

3.      Rahmat Allah

Penundaan hukuman ini juga mencerminkan rahmat Allah. Allah memberikan waktu kepada hamba-Nya untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Ini sejalan dengan prinsip bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertaubat sebelum ajal mereka tiba.

 

4.      Takdir dan Kehendak Allah

Ayat ini menyoroti konsep takdir (qadar), di mana segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah hasil dari kehendak Allah. Manusia memiliki kebebasan memilih, tetapi Allah sebagai Al-Muqtadir (Maha Menentukan) mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi.

 

5.      Tujuan Penciptaan Manusia

Ayat ini secara tersirat juga membahas tujuan penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia dengan tujuan tertentu, dan kehidupan di dunia ini adalah ujian bagi hamba-Nya. Hukuman atau kesulitan yang dihadapi manusia bukanlah siksaan semata, melainkan bagian dari ujian dan pembentukan karakter.

 

6.      Allah Maha Melihat

Pernyataan bahwa Allah Maha Melihat menekankan pada pengawasan-Nya yang komprehensif terhadap keadaan hamba-Nya. Tidak ada yang terlewat dari perhatian-Nya, dan ini menciptakan kesadaran bahwa perbuatan setiap individu tercatat dan akan dihitung pada hari pembalasan.

 

7.      Kewajiban Manusia

Ayat ini juga mengingatkan manusia akan tanggung jawab mereka terhadap perbuatan mereka sendiri. Dalam kerangka kebebasan memilih, manusia memiliki kewajiban untuk memilih kebaikan dan taat kepada Allah. Penundaan hukuman adalah panggilan untuk introspeksi dan perbaikan diri.

 

8.      Keagungan Kepemimpinan Allah

Ayat ini mencerminkan keagungan dan kebesaran Allah sebagai Pencipta dan Pemilik alam semesta. Keputusan-Nya yang penuh hikmah dan rencana yang matang menunjukkan kepada manusia akan keterbatasan pemahaman mereka terhadap kebijaksanaan-Nya yang luar biasa.

 

9.      Pentingnya Waktu dan Takdir

Penggunaan kata "waktu yang ditentukan" menyoroti konsep waktu sebagai instrumen dalam rencana Allah. Segala sesuatu terjadi pada waktunya yang telah ditetapkan oleh-Nya. Ini mencerminkan konsep takdir dan kehendak-Nya yang meliputi seluruh dimensi waktu.

 

Kesimpulan

Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah adalah Mahaadil, Maha Pengasih, dan Maha Mengetahui. Pemahaman yang mendalam terhadap ayat ini mengajak kita untuk merenung tentang perbuatan kita, merayakan rahmat Allah, dan bersyukur atas waktu yang diberikan-Nya untuk bertaubat. Hukuman Allah adalah cerminan dari kebijaksanaan-Nya yang melampaui akal manusia, dan penundaannya adalah bukti rahmat-Nya yang tidak terbatas.

wallahu a'lam

Article

Show Article